Rabu, 11 Februari 2009

“KRISIS EKONOMI GLOBAL & POTENSI SISTEM EKONOMI SYARIAH"

1. Dalam bulan-bulan terakhir, masyarakat dunia mulai diliputi kecemasan atas terjadinya resesi ekonomi global.

2. Penyebab utama resesi ekonomi global yang melanda Amerika dan dunia pada saat ini adalah gagalnya pelaku bisnis keuangan dan perbankan konvensional AS mengelola manajemen resiko kredit mereka, dgn memberikan kredit kepada debitur yg tidak layak dibiayai. Resiko kredit adalah potensi kerugian suatu lembaga keuangan yang disebabkan tidak mampunya debitur melunasi kredit. Seperti dikaji oleh Karim Business Consulting (KBC) hal ini disebabkan oleh banyaknya tahapan sekuritisasi utang oleh berbagai lembaga keuangan AS, yang tercatat setidaknya terdapat 7 turunan sekuritisasi surat hutang yang didasarkan oleh subprime mortgage;



1) Bank memberikan kredit perumahan rakyat kepada nasabah yang tidak layak dibiayai

2) Berbagai kredit tidak layak itu dibeli (dipinjamkan) oleh (kepada) dua perusahaan kredit perumahan terbesar AS (Fannie Mae dan Freddie Mac). Selanjutnya, kedua perusahaan tersebut menyekuritisasi kredit dengan menerbitkan instrumen utang derivatif dengan nama Mortgage Backed Securities (MBS). (diturunkan/dipinjamkan lagi).

3) Sejumlah MBS lalu dibeli oleh Lehman Brothers. Berdasarkan MBS itu, lembaga keuangan melakukan sekuritisasi atas sekuritisasi (memberikan pinjaman atas hasil pinjaman) yang dikenal dengan Collateralized Debt Obligation (CDO).

4) CDO Lehman dibeli oleh berbagai berbagai lembaga keuangan, yang mereka juga melakukan sekuritisasi atas sekuritisasi dengan menerbitkan CDO turunan (CDO atas CDO).

5) CDO atas CDO itu dibeli oleh lembaga keuangan lain yang menerbitkan CDO yang lain lagi.

6) Berbeda dengan yg diatas, lembaga keuangan yang tidak mempunyai CDO juga menerbitkan surat hutang. Sewaktu menerbitkannya, berbagai lembaga keuangan itu menggunakan CDO berbasis MBS sebagai dasar perhitungan resiko surat hutang mereka, yang akrab dikenal synthetic CDO atau kredit linknote (CLN).

7) Sejumlah lembaga keuangan yang tak terkait CDO menerbitkan surat hutang derivative (turunan) lain bernama Credit Default Swap (CDS).



3. Panjangnya urutan derivatif diatas menyebabkan dampak subprime mortgage menjadi sangat besar yang sampai saat ini tidak ada yang bisa memperkirakan jumlah pasti potensi utang yg disebabkan turunan derivatif subprime mortgage tersebut. Malah-malah utang CDO telah menyamai jumlah kredit subprime mortgage diawal peminjaman.

4. Hingga saat ini belum ada ahli keuangan yang dapat memastikan kapan krisis keuangan global itu bakal berakhir mengingat besarnya nilai hutang yang belum diketahui.

5. Pada Oktober 2008 telah diadakan konsensus pertemuan tingkat tinggi para pemimpin Asia dan Eropa (Asia Europe Meeting/ASEM) dengan agenda utama yaitu mengkaji ulang/merombak sistem finansial global (kapital/ultra liberal) yang saat ini dielu-elukan sebagai sistem ekonomi terbaik. Dan salah satu yang dibidik sebagai sistem keuangan alternatif adalah sistem keuangan syariah.

6. Pada situasi seperti saat ini, sistem ekonomi syariah dapat menjadi solusi, setidaknya ada beberapa alasan yang mendasari hal itu;

1) Sistem keuangan syariah tidak memperbolehkan adanya interest (bunga) dan menggantinya dengan profit sharing (sama2 untung dan sama2 rugi) antara nasabah, bank dan peminjam.

2) Sistem keuangan syariah hanya membolehkan penyaluran dana kredit (pinjaman) bila memang ada aset yang dijadikan dasar transaksi (underlying), (calon peminjam adalah orang yang terpercaya, sehingga tidak salah memberikan pembiayaan. Sistem ini melarang transaksi pembiayaan yang hanya didasarkan sekuriti tanpa aset jelas).

3) Sistem ekonomi syariah tidak memperbolehkan adanya instrumen derivatif (meminjamkan uang pinjaman) dan spekulasi dalam bisnis keuangan.

7. Menghadapi krisis global ini, pemerintah Indonesia seyogyanya melihat potensi dalam negeri dan tidak melihat keluar dgn serta merta mengikuti kebijakan negara lain yang pada dasarnya mempunyai potensi yang berbeda.

8. Sebaiknya pemerintah mengambil peluang emas dibalik krisis global ini. Salah satunya mulai mendukung industri dalam negeri dan mengurangi impor komoditas luar negeri sebanyak-banyaknya (memanfaatkan pasar dalam negeri). Dengan demikian banyak pekerja akan terserap dan peredaran uang akan semakin besar. Akibatnya dampak krisis global dapat diantisipasi dengan baik.

Tidak ada komentar: